(7)
Dinasti Chin (Qin, 221 SM - 207 SM)
Setelah dinasti Chou, Cina diperintah oleh dinasti Chin (Qin). Konon nama Cina diambil dari nama dinasti Chin ini. Dinasti Chin memerintah dengan sistem sentralisasi dan meninggalkan sistem feodalisme (desentralisasi). Timbul pertanyaan, mengapa dinasti Chin meninggalkan sistem feodalisme dan melaksanakan sentralisasi dengan kekuasaan sebesar-besarnya ditangan pemerintah pusat? Kebijakan sentralisasi dilakukan oleh dinasti Chin sebab kekacauan yang terjadi di Cina pada akhir pemerintahan dinasti Chou tidak cukup hanya di atas oleh sikap raja-raja yang baik dan saleh saja. Namun dibutuhkan adanya kekuasaan raja yang kuat dan nyata serta hukum yang dijalankan dengan adil sehingga tercipta ketertiban dan ketentraman diseluruh negeri Cina.
Untuk maksud di atas kaisar Shih Huang Ti dari dinasti Chin yang memerintah di Chang An mengambil beberapa tindakan sebagai berikut:
1.melarang ajaran Kung Fu Tze karena mendukung feodalisme.
2.membagi kerajaan menjadi 36 propinsi, setiap propinsi diperintah oleh gubernur selaku kepala pemerintahan yang bertanggung jawab kepada kaisar.
3.menetapkan standardisasi ( pembakuan) tulisan, satuan ukuran misalnya timbangan, ukuran roda, alat-alat pertanian.
4.membangun tembok besar Cina sepanjang 2.250 Km, untuk membendung masuknya suku-suku pengembara (nomaden) dari Utara (uraian lebih lanjut bacalah halaman 23 )
Setelah Shih Huang Ti wafat pada tahun 210 SM, para gubernur dari tiap-tiap propinsi berupaya untuk merebut kekuasaan tertinggi di Cina. Dalam keadaan kacau tersebut tampillah tokoh Liu Pang dan pasukannya yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan kemudian menduduki tahta, Liu Pang mendirikan dinasti baru bernama dinasti Han.
by ulva trihapsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar