Selasa, 27 Maret 2012

Mata batin seorang ibu

(13)
Dari dulu aku selalu mengaggap kalau seorang IBU adalah wanita yang paling mulia, bagaimana tidak? Seorang IBU mengandung anaknya selama 9 bulan, ia juga rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan sang buah hati ke dunia. Lalu merawat dan mengasuhnya hingga dewasa tanpa mengeluh ataupun hitung-hitungan. Tak salah bila dikatan surga ada ditelapak kaki IBU.

Suatu ketika aku mendengar cerita temanku tentang ibunya, temanku itu rekan kantor ku dulu. Saat itu dia bercerita kalau ibunya belakangan ini sering mengeluhkan kondisi kesehatan matanya. Katanya, mamahnya harus diperiksa karna pengelihatannya agak sedikit kurang jelas ia khawatir bila temanku punya anak, matanya sudah benar-benar rusak dan ia tak bisa melihat cucunya.

Keluhan ibunyaitu tidak terlalu ditanggapi temanku. Bukan karna ia tidak mau memeriksakan mata ibunya ke dokter mata, tapi semua orang tau biaya ke spesialis mata tidaklah sedikit. Sementara temanku itu adalah tulang punggung keluarga, selain mencukupi kebutuhannya sendiri, ia juga harus membayar kontrakan dan membiayai ibunya. Ya, sejak ayahnya meninggal dunia sang ibu tinggal bersamanya.

Alasan lainnya mengapa ia belum membawa ibunya ke dokter mata adalah karena jika diperhatikan, ibunya masih bisa tertawa atau terkadang menangis saat sedang menonton sinetron kesayangannya. Sehingga ia berpendapat, masalah pada mata ibunya tidaklah mendesak. Masih bisa ditunda sampai ia punya cukup uang, mungkin juga keinginan sang bunda untuk diperiksakan ke dokter mata karena ingin dibelikan kacamata. Maklum saja sepertinya hampir semua ibu-ibu di majelis taklim tempat ibunya aktif mengaji menggunakan kacamata. "MUNGKIN IBU INGIN SEPERTI TEMAN-TEMANNYA" pikir temanku ini.

Waktu terus berjalan ibu sudah tidak minta dibawa ke dokter mata lagi, dan tiba-tiba temanku bertanya kepada ibunya "EMANGNYA IBU MAU NGELIAT APA SAMPAI HARUS MENGOBATI MATA ?"
"CUMA PENGEN LIAT ANAK-ANAK IBU SAJA,WALAUPUN SEBENARNYA BUAT SEORANG IBU MATA INI HANYA MATA LAHIR. CUKUP DENGAN MATA BATIN SEORANG IBU SUDAH BISA MELIHAT ANAK-ANAKNYA DENGAN JELAS" kata sang ibu.

Beberapa hari setelah obrolan itu, temanku pulang kantor dengan taksi. Karena terburu-buru ia menyuruh sopir taksinya agak ngebut ketika memasuki gang rumahnya, tidak disangka ada bajaj yang keluar dari gang tersebut. Tabrakan pun tak bisa dihindarkan, kepala temanku terbentur keras. Ia merasa pandangannya gelap lalu ia tak sadarkan diri.

Pengemudi taksi segera membawa temanku kerumah sakt terdekat. Setelah dilakukan pemeriksaan secara cermat, dokter memvonis ia mengalami kebutaan. Benturan dikepalanya yang menjadi penyebabnya.

Keluarga temanku segera dihubungi oleh pihak rumah sakit, ditemani seorang kerabat ibunya mendatangi temanku dirumah sakit. Saat mengetahui kondisi penglihatan anaknya, tanpa berpikir 2x ibunya langsung mengatakan pada dokter kalau ia bersedia menyumbangkan matanya untuk sang putri, Dan hasil pemeriksan dirumah sakit ternyata mata ibunya masih sangat bagus kondisinya dan layak untuk didonorkan.

ALLAH MAHA BESAR, beberapa minggu setelah peristiwa itu sang bunda dipanggil Tuhan karena serangan jantung. Sesuai keinginan almarhumah, kornea matanya pun didonorkan  untuk putrinya. Operasi berjalan lancar dan temanku bisa melihat lagi. Jika diingat ternyata inilah jawaban dari kegelisahan ibunya yang ingin memeriksakan matanya ke dokter, ternyata ia mempersiapkan sepasang kornea matanya untuk putri tercinta.

Ini pula yang dimaksudkan sang ibu bahwa dia tidak perlu mata untuk melihat anaknya. Terbukti, dengan mata batinnya ia sudah bisa mengetahui bahwa kelak sang anak akan membutuhkan kornea matanya. Mendengar cerita itu aku berubah pikiran, bagiku seorang ibu bukanlah wanita yang mulia tapi sangat teramat mulia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar